Aku Pendosa

aku adalah gadis berusia 18 tahun, sedang ingin bersuara tentang apapun yang ingin aku tulis

detik senja dikota Malang pukul 17.45 mengajakku bersendawa dengan semesta, aku merasa tidak patut berada didunia, karena mungkin beban yang seharusnya mudah kuanggap tak biasa.
duduk dipelataran Cafepustaka kampus, menginginkan ketenangan agar bershabat dengan kami, kami adalah segepoh iri, dengki, sesal, amarah keluhan, acuhan, umpatan yang menyatu dalam otak seorang pecandu dosa. Merenungi nasib yang inginku caci maki, merenungi takdir yang lebih ingin ku buat sendiri, aku ingin marah pada tuhan yang tidak terlihat, benarkah aku begini karena kamu mencintai ku(hambamu) ini 

tak mungkin langsung terjawab.

Tetuaku sudah tak jemu memberiku dakwah, sebayaku pun mungkin lelah bahunya selalu kusewa untuk berduka, merasa tak adil dengan semesta, siapakah yang patut aku jadikan tersangka? 
Diriku kah? yang setiap geraknya adalah takdir sang kuasa, atau...
Tuhankah? yang selalu benar menurut kita

bagaimana bisa, aku bingung harus menulis apa

Semesta bilang tuhan tidak pernah salah menggariskan rencana, lalu ketika merasa salah dengan rencananya, bolehkan kita merasa murka? 
jika kalian merasa itu durhaka, tapi tidak berlaku untukku.

aku, yang setiap harinya selalu mengeluhkan takdir-takdir yang kubuat rumit sendiri, aku sering merasa bahwa tuhanpun tidak bisa adil pada setiap manusia-Nya, bagaimana bisa begitu?

Lalu lama aku merenung dengan rekah bahagia yang tidak suka menyentuh ku, hingga pada suatu jam aku melihat semesta ku yang lebih merasa tidak adil, semesta ku yang lebih merasa tidak dihargai. Aku melihatnya lebih menderita, namun dia masih bisa dia sogohkan tipu tawa kepada awak lainnya. begitu malu aku seketika
ternyata aku lupa menunduk, aku hanya sibuk melihat dengki dan sibuk mendewakan diri.

YATUHAN AKU BERDOSA.

0 Comments